Wisata Pulau Harapan, Pulau Sebira adalah bagian dari wilayah kelurahan Pulau Harapan dengan ciri khas mercusuarnya yang masih berdiri hingga saat ini dari 1869 oleh Belanda
Pantai barat di Pulau Sebira ini pas untuk menikmati sunset. Pandangan langsung ke laut luas. Ada satu titik ada pohon yang tumbuh sendirian di pinggir laut. Instagramable banget! |
Pulau Sebira, di jaman Belanda mendapat julukan sebagai Noord Wachter alias Jaga Utara, karena sejak zaman Belanda pulau ini digunakan untuk menandai adanya daratan, sehingga dibangunlah mercusuar atau menara suar jaga utara, satu-satunya mercusuar di Kepulauan Seribu Jakarta.
Pulau Sebira adalah salah satu dari 23 pulau-pulau kecil lainnya dari wilayah administrasi Pulau Harapan. Masih 3 jam lagi dengan menggunakan perahu sewaan menuju Pulau Sebira dari Pulau Harapan yang juga berfungsi sebagai dermaga transit untuk kapal ferry dari Muara Angke atau speed boat dari Marina Ancol.
Dari Pulau Harapan menuju Pulau Sebira
Karena lokasinya yang jauh, Pulau Sebira bukan sebagai tujuan wisata yang umum bagi para wisatawan layaknya Pulau Harapan, Pulau Pramuka, Pulau Pari dan Pulau Tidung yang sudah dikenal oleh publik para pencinta wisata bahari. Umumnya para pengunjung di Pulau Sebira adalah wisatawan yang sebelumnya sudah pernah berkunjung ke salah satu pulau wisata populer, mencari suasana dan pengalaman baru di pulau paling ujung dari bagian Kepulauan Seribu Utara.Menikmati Senja, saat perjalanan melintas dari Pulau Harapan menuju Pulau Sebira di Kepulauan Seribu Utara |
Menuju Pulau Sebira, perjalanan anda akan diawali dengan melewati pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Harapan. Pulau-pulau ini dijadikan destinasi wisata island hopping dan snorkeling. Langit cerah, kapal melaju tenang. Sekitar satu jam perjalanan ombak mulai membesar, pulau masih nampak dalam jarak pandang. Jangan terlalu sore untuk memulai perjalanan ke Sebira, karena cukup memakan waktu lama, atur waktu terbaik agar sebelum senja sudah bisa merapat ke Pulau Sebira, dan anda akan disambut pesona senja yang elok.
Pelabuhan Sebira dipenuhi beberapa perahu nelayan, tertambat di kanan kiri. Ada bagian dermaga yang ada atapnya, posisi utama untuk menaikturunkan orang. Dari jauh nampak rindang dengan tiga pohon besar dibalik dermaga. Hujau menjulang. Depan dermaga di sebelah kanan adalah pintu masuk utama ke Pulau, ada tulisan besar "Selamat Datang di Pulau Sebira Kelurahan Pulau Harapan" di papan besar biru di atas jalan. Jika melewati plang nama kita akan memasuki jalanan kampung yang terbuat dari paving block, kanan kiri adalah rumah penduduk.
Rumah di sini ada dua jenis, ada yang khas rumah Bugis. Rumah panggung kayu dengan lorong di bawah dan rumah biasa. Rumah panggung kayu serupa juga banyak ditemui di pulau Kelapa Dua di Kelurahan Kelapa Pulau Seribu. Maklum, keduanya adalah sama-sama didiami orang-orang Bugis. Namun sekarang ini orang lebih banyak membangun rumah biasa, karena kayu sebagai bahan utama rumah bugis susah untuk didapatkan, lebih gampang beli semen dan batu bata.
Noord Wachter atau Sang Jaga Utara
Jika berbelok kiri dari Pelabuhan, kita akan melewati dua pohon yang sangat besar. Dari titik ini akan terlihat mercusuar yang menjulang diantara daun-daun pohon. Sama, perkampungan penduduk juga ada di kanan kiri jalan. Ini juga merupakan jalan menuju sekolah, tempat kami menginap di rumah dinas kepala sekolah dan guru.[post_ads][next]Menara Suar Jaga Utara di Pulau Sebira, satu-satunya di Kepulauan Seribu dan dibangun sebagai tanda adanya daratan dari jaman Belanda |
ONDER DE REGERING VANDemikian tertulis pada pelat baja hitam di atas pintu masuk Menara Suar Jaga Utara di Pulau Sebira, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Jika diterjemahkan, tulisan itu berarti ”Di bawah kekuasaan (Raja) ZM Willem III dari Belanda, dan lain lain (dll), dll, dll, didirikan untuk suar lampu pendar, 1869.”
Z.M. WILLEM III,
KONING DER NEDERLANDER,
ENZ., ENZ., ENZ.,
OPGERICHT VOOR DRAAILICHT,
1869.
Papan informasi menyatakan, bangunan itu masuk Daftar Suar Indonesia Nomor 1690 dan dalam pengelolaan Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Priok, Kementerian Perhubungan.
Kertas informasi pada dinding dalam rumah jaga teknisi menyebutkan, konstruksi bangunan baja tertutup dan terbuka, tinggi 48 meter, jenis lampu revolving dan VEGA Marine LED Beacon yang jarak tampak 18 nautical mile (NM) atau hampir 35 kilometer, durasi nyala suar 11 detik, dan letak koordinat menara 05° 12' 00" Lintang Selatan dan 102° 28' 00" Bujur Timur.
Mercusuar Noordwachter buatan Belanda tahun 1869 di Pulau Sebira, Kepulauan Seribu, Jakarta, sebagai pulau terluar di wilayah administrasi Pulau Harapan. |
Mencapai bagian atas menara merupakan perjuangan cukup berat dan menciutkan nyali, terutama bagi yang takut tinggi dan ruang gelap. Namun, jika sudah berada di teras atas, melihat ke segala penjuru mungkin akan menjadi salah satu pemandangan terbaik yang pernah dirasakan dalam hidup.
Warga Sebira, 95% Keturunan Bugis Bone
Warga Pulau Sebira sebagian besar adalah pendatang, mayoritas keturunan Bugis Bone yang pada awalnya menetap di pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Mereka kemudian pindah karena tanah mereka dijual ke pengusaha resor. ”Dulu, mereka minta izin tinggal sementara di pulau ini ke penjaga mercusuar”. Migrasi warga ke Sebira terjadi sejak mulai tahun 1975, secara bertahap.Jika di Jakarta atau wilayah lain terdapat Kampung Bugis (karena banyak dihuni oleh warga dari suku Bugis) , maka di Pulau Sebira ini bisa disebut sebagai Pulau Bugis
Kisah dan Cerita yang lain menyebutkan bahwa dari tahun 1974, Pulau Sebira masih berbentuk pulau kosong dengan hutan lebat tanpa penghuni, kecuali satu-satunya penghuninya adalah penjaga mercusuar peninggalan Belanda. Namun sekitar Pulau Sebira sering dikunjungi para nelayan dari pulau sekitarnya, khususnya nelayan dari Pulau Genteng.
Saking seringnya ke Pulau Sebira, beberapa orang pendahulu (salah satunya pak Joharmansyah) mencoba meminta ijin kepada penjaga mercusuar untuk bermukim di Pulau Sebira. Bukannya mudah untuk minta ijin bermukim, melalui proses panjang akhirnya diijinkan, seiring dengan himbauan agar masyarakat di Pulau Genteng pindah ke pulau lainnya.
Proses pindahan masyarakat Pulau Genteng terjadi dari tahun 1975, mereka mencari pulau lain yang akan menjadi rumah barunya. Terbagi menjadi dua bagian, akhirnya Pulau Kelapa Dua dan Pulau Sebira menjadi tujuan karena satu-satunya alasan sumberdaya lautnya yang melimpah. Masyarakat yang mengandalkan penghidupan dari nelayan merasa terjamin kebutuhannya dari dua pulau tersebut. Gelombang pertama pindah pulau diawali oleh 20 KK dan berkembang hingga saat ini.
Bapak Joharmansyah yang menjadi pelopor, saat ini sudah meninggal (2 tahun lalu), tapi isterinya, ibu Hj. Hertuti masih sehat dan menjadi pemuka masyarakat dengan kedudukan paling tinggi, sebagai ibu RW di Pulau Sebira.
Tanah Sebira adalah tanah nelayan, dimana ada lahan kosong anda dapat menjumpai pengolahan ikan asin selar, yang juga menjadi produk unggulan masyarakat di Pulau Sebira. Mereka masih mengandalkan matahari untuk proses pengeringannya, di susun rapi diatas rak-rak kayu diatas lahan lapang yang luas. Keunggulannya adalah mereka sama sekali tidak menggunakan berbagai macam produk kimia sebagai pengawet, masih alami dan sehat untuk dikonsumsi.
Menurut mereka, Ikan Selar lebih menguntungkan dijual dalam bentuk ikan asin dibandingkan saat segar. Mereka akan mengolah semua hasil tangkapan Ikan Selar dan dipasarkan ke Jakarta melalui pelabuhan Muara Angke.
Wisata Bahari di Nusa Terluar dan Kampung Etnik Bugis
Kesibukan di Sore Hari Para Pelancong di Pulau Sebira berburu Sunset |
Kalo toh ada yang masih nekat datang ke Pulau Sebira, biasanya mereka yang pernah berkunjung ke Pulau Wisata lainnya di Kepulauan Seribu, Pulau Tidung, Pulau Pari, Pulau Harapan atau Pulau Pramuka yang sudah populer sebagai destinasi wisata bahari. Mencari suasana petualangan atau pengalaman baru bisa mencapai pulau kecil terluar di bagian utara, salah satu alasannya.
Di Sebira anda pasti bisa menikmati aktivitas bahari dengan snorkeling, menikmati pesona sunset dan sunrise, penangkaran penyu adalah hal umum yang juga bisa anda temui di pulau-pulau wisata di jajaran Kepulauan Seribu lainnya. Sejarah mercusuar, kuliner dan budaya Bugis adalah hal khusus dan unik yang bisa anda temui disini yang juga sedang dirancang sebagai program wisata Kampung Wisata Etnik Bugis.
[post_ads][next]
Rumah Panggung Khas Bugis
Dari sepanjang pesisir pantai selatan anda bisa keliling dan melihat banyaknya rumah panggung khas Bugis, salah satu site attraction yang ada di Pulau Sebira, maklum saja di pulau ini warganya mayoritas di dominasi berasal dari daerah Sulawesi Selatan yang datang dari daerah yang berbeda. Ada yang berasal dari Wajo, Sengkang, Makassar, Sidrap, Sinjai dan daerah lainnya. Sisanya berasal dari Lampung, Jakarta, Riau dan Sunda.Salah satu Icon utama bagi para fotografer di Pulau Sebira |
Penangkaran Penyu Sisik
Penangkaran ini belum lama berdiri, inisiatif dari 5 orang warga Pulau Sebira pada tahun 2015 yang membangun shelter penangkaran penyu sisik, sangat layak untuk diapresiasi.Shelter penangkaran penyu ini dibangun karena di Pulau Sebira menjadi salah satu lokasi peneluran bagi penyu sisik. Sebelumnya para warga di Pulau Sebira mengonsumsi telur penyu. Namun karena semakin marak informasi tentang penyu yang semakin langka dan dilindungi, membuat mereka berinisiatif membuat shelter bagi tukik (anak penyu).
Kegiatan pelepasan anak penyu atau tukik ke laut lepas akan menjadi aktivitas yang atraktif sekaligus penuh dengan muatan pendidikan tentang kesadaran penyelamatan satwa langka dan pelestarian lingkungan.
Tukik atau Anak Penyu Sisik. Dulunya warga Pulau Sebira memanfaatkan telur penyu untuk di konsumsi, tapi seiring dengan kesadaran lingkungan kini mereka melestarikannya |
COMMENTS